Annual Report F.I.R.E Investment Project 2021

A. Kata Pengantar Dari Manajer Investasi

Tahun 2021 merupakan tahun kedua dalam perjalanan F.I.R.E Investment Project, keputusan untuk konsisten dalam melakukan jurnal dalam bentuk annual report ini bertujuan untuk : 

  1. Mengevaluasi ulang keputusan investasi dari thesis investasi dibalik pemilihan emiten yang mempengaruhi level of conviction
  2. Mengevaluasi kebijakan baru ataupun perubahan terkait pengelolaan dana investasi.
  3. Memastikan dan mengevaluasi tujuan investasi sesuai dengan ekspektasi awal yaitu beat the market

Pada tahun 2021, secara total dana kelola (Kas dan Market Value Stock) yang ada di rekening sekuritas mengalami pertumbuhan 130,80% dibanding tahun 2020, dari Rp90.652.156 ke Rp209.223.297. Sedangkan dari total dana kelola budgeting (termasuk yang diluar rekening sekuritas) pada tahun 2021 mampu mencapai saving ratio 42,06% turun 3,08% dari tahun 2020, yaitu 45,14%. F.I Ratio mengalami pertumbuhan 12,41% di tahun 2021, naik 6,20% dibanding tahun 2020, yaitu 6.22%.

Passive income dari deviden yang dihasilkan pada tahun 2021 adalah Rp3.059.250,20 atau setara yield 1,46%. deviden income dibawah 2% ini memang dirasa kecil untuk tahun 2021 ini karena sebagian besar emiten sedang mengalami penurunan laba yang masih belum pulih sesuai laba tahun sebelum pandemi. Untuk tahun 2022 harapannya seiring recovery EPS dari emiten, akan berbanding lurus dengan peningkatan DPS.

Tahun 2022, budgeting untuk dana kelola hanya terjadi perubahan pada dana kelola investasi sesuai dengan perubahan penambahan dana kelola investasi di pertengahan tahun 2021, yaitu sebesar Rp5.000.000. Selebihnya faktor yang bisa kontrol adalah konsistensi menjaga saving rate dan F.I Ratio.

Economic recovery yet to come, but we did a pretty good results in 2020.

B. Visi, Misi dan Policy

Sebelumnya sudah dijelaskan lebih rinci pada artikel Mengambil Pola Saham Unggulan Dalam 10 tahun IHSG, alasan dibalik misi dari F.I.R.E Investment Project yang konservatif yaitu beat the market, walapun terlihat sederhana namun pada kenyataannya profesional fund manager mayoritas tidak bisa konsisten mengalahkan index. Profit konsisten itu jauh lebih baik dibanding profit besar, dan ini pula alasan kenapa Warren Buffett selalu bilang, never lose money! Adalah lebih baik jika kita bisa profit 20% saja, atau bahkan cuma 10% tapi terus menerus, daripada profit 60% bulan ini tapi rugi 40% bulan depan. 

Pada Annual Report F.I.R.E Investment Project 2020 lebih menjelaskan tentang teknis money management pada F.I.R.E Investment Project, untuk melengkapi framework tersebut akan dijelaskan lebih lanjut mengenai investment fund policy :

  1. Single strategy : beli saham compounder di harga yang masuk akal dan tetap hold selama bisnisnya masih punya potensi compounding yang memuaskan.
  2. Diversifikasi alokasi dana maksimum per emiten sebesar 50% untuk investasi tujuan jangka panjang yaitu dana pensiun dan dana pendidikan. Biarkan portofolio semakin terkonsentrasi secara market value.
  3. Keputusan beli/jual berdasarkan conviction level dan opportunity cost. Kesempatan untuk membeli saham compounder tidak datang setiap hari.
  4. Pantau secara per tahun, 1). Realisasi story setiap bisnis; 2) EPS Grwoth dan dampaknya ke PE at cost;  3) Current and expected ROE.

C. Throwback Tahun 2021

AKSI KORPORASI
Beberapa emiten dan anak perusahaan dalam F.I.R.E Investment Project melakukan berbagai aksi korporasi selama 2021. Berikut adalah catatan aksi korporasi yang dilakukan selama tahun 2021.
  • BBRI: Bank BRI gelar rights issue untuk mengakuisisi Pegadaian dan PMN dalam rangka konsolidasi holding BUMN Ultramikro. Dana terhimpun mencapai 96 triliun rupiah, terbesar di Indonesia.
  • TLKM: Anak usaha Telkom Indonesia, Telkomsel, perkenalkan jaringan 5G pertama kali di Indonesia.
  • BBCA: Bank BCA lakukan stock split dengan rasio 1:5. Ini membuat saham BBCA menjadi lebih likuid dan terjangkau bagi investor retail.
  • MTEL: Entitas anak Telkom Indonesia yang bergerak di bisnis menara, Mitratel, resmi go-public dan meraih pendanaan sebesar 18,3 triliun rupiah.
THE HYPE AND HOPE OF DIGITAL BANKING
Selama 2021, perusahaan bank digital menjadi salah satu bisnis yang paling populer diperbincangkan di industri jasa keuangan. Saking hype-nya bank digital, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai membuat aturan khusus bank digital yang tertuang dalam POJK No. 12 tahun 2021.

Adapun pertumbuhan jumlah bank digital ini, diawali dengan aksi akuisisi bank-bank kecil. Berikut di antaranya:
  • BCA akuisisi Bank Royal dan membuat bank BCA Digital yang melayani lewat aplikasi Blu
  • SeaBank akuisisi Bank Kesejahteraan Ekonomi membuat bank digital SeaBank
  • Line akuisisi 20% saham KEB Hana pada 2018, dan membentuk bank digital LINE Bank pada 2021
  • PT Mega Corpora mengakuisisi Bank Harda Internasional ($BBHI) dan membentuk bank digital Allo Bank
Selain itu, juga bank bank konvensional yang bertransformasi menjadi bank digital, atau meluncurkan layanan bank digital sebagai lini bisnis baru:
  • PT Akulaku Silvrr mengakuisisi Bank Neo Commerce, dan bertransformasi menjadi bank digital.
  • Bank MNC meluncurkan layanan bank digital MotionBank.
  • Jerry Ng akuisisi 37,65% saham Bank Artos, yang kini terkenal dengan layanan bank digital Jago.
  • Anak usaha Bank BRI, BRI Agro, bertransformasi menjadi bank digital dan mengubah nama menjadi Bank Raya Indonesia.
Trend bank digital di Indonesia yang semakin marak, membuat sejumlah emiten bank mengalami lonjakan harga saham selama 2021. Berikut di antaranya:
  1. Allo Bank Indonesia ($BBHI) (+4.583,3%)
  2. Bank Neo Commerce ($BBYB) (+942,3%)
  3. Bank Ina Persada ($BINA) (+450%)
  4. Bank Jago ($ARTO) (+379,0%)
  5. Bank Ganesha Indonesia ($BGTG) (+237,8%)
  6. Bank MNC Internasional ($BABP) (+295,8%)
  7. Bank Raya Indonesia ($AGRO) (+83%)
*Data 4 Januari hingga 29 Desember 2021

ANOMALI IHSG DAN LQ45
Di akhir penutupan IDX, IHSG berada di angkat 6.500an, dimana ini merupakan level pra-pandemi. IHSG setara dengan nilai all time high di tahun 2018, namun ada anomali yang terjadi dengan indeks LQ45, masih 20% dibawah level 2018.

Wajar bagi LQ45-holder untuk mengalami underperform dan tidak bisa beat the market, termasuk portofolio F.I.R.E Investment Project yang prioritas stock picking-nya masih tidak jauh dari LQ45. Yang menarik apa yang menyebabkan anomali ini sebenarnya? not sure, tapi hipotesis ini mungkin bisa mendekati :
  • Perusahaan IPO : banyaknya perusahaan yang IPO di tahun 2021 menarik dana masyarakat yang dulunya ditempatkan di saham LQ45, sekarang beralih ke saham LQ45, sekarang beralih ke saham IPO karena iming-iming "ARA 2 hari". Banyak yang masuk, banyak yang cuan dan banyak juga yang nyangkut. Tetapi intinya, dana masyarakat banyak yang berpindah
  • Perusahaan digital : bank digital yang digoreng rata-rata menarik minat para investor baru maupun kaum YPC (Yang Penting Cuan). Karena aliran dana berpindah ke perusahaan ke perusahaan digital.
  • Penambahan Investor Baru : tahun 2021 jumlah investor baru indonesia menyentuh 3juta SID, naik kira-kira 3 kali lipat dari tahun 2019. Penambahan ini sangat bagus, karena perbanding jumlah investor dibanding jumlah pendudukan indonesia, masih kecil dibanding negara-negara yang lebih maju, namun disisi lain banyak spekulasi yang terjadi, investor baru ingin cuan instan, akhirnya masuk ke perusahaan yang baru IPO yang cenderung sangat hype yang di amplifikasi dengan infulencer saham yang cenderung pom pomers dari pada mengedukasi investor baru
Sampai kapan kondisi ini akan terjadi? mungkin hanya waktu yang bisa menjawab kapan irasionality ini akan kembali rasional, but soon or later kinerja bisnis yang akan berbicara.

D. Kinerja F.I.R.E Investment Project 

Penutupan IHSG 2021

Penutupan IHSG tahun 2021 berada di level 6.581,48. itu berarti secara year to date IHSG naik +10,08%. Lalu bagaimana kinerja 3 portofolio dari F.I.R.E Investment Project di tahun 2021? apakah bisa beat the market ?

DANA INVESTASI 

Return portofolio Dana Investasi tahun 2021 yaitu 7,74%, dengan CAGR 30,60%

Komposisi saham masih terkonsentrasi hanya pada 1 emiten saja

Komposisi Cash dibanding total dana kelola yaitu 36%

DANA PENDIDIKAN

Return portofolio Dana Pendidikan tahun 2021 yaitu 12,07%, dengan CAGR 15,33%

Perubahan komposisi Fund Value dan Market Value 3 emiten dalam portofolio dana pendidikan


Komposisi instrument RDPT dan Saham dalam portofolio dana pendidikan

DANA PENSIUN

Return portofolio Dana Pensiun tahun 2021 yaitu 1,35%, dengan CAGR 20,13%

Perubahan komposisi Fund Value dan Market Value 2 emiten dalam portofolio dana pensiun



Komposisi instrument dana pensiun 100% berada pada saham

Tahun 2021, F.I covered sebesar 2,93%

Kesimpulan : Tahun 2021 kinerja portofolio F.I.R.E Investment Project hanya portofolio dana pendidikan saja yang mampu beat the market secara YTD, namun secara CAGR (2020-2021) we done it!

DEVIDEN

Deviden tahun 2021 untuk setiap emiten

Secara total F.I.R.E Investment Project menghasilkan passive income dari deviden sebesar Rp3.059.250,20 atau Rp254.937,52/bulan, setara dengan 1,46% per tahun.

E. Evaluasi Kinerja 2021

Selama tahun 2021 F.I.R.E Investment Project bisa dibilang masih berfokus pada emiten yang sesuai dengan value investing klasik, namun dengan perkembangan saham teknologi yang sangat diapresiasi tinggi oleh market, bahkan cenderung irasional dan memberikan return yang eksponensial bahkan dengan kondisi perusahaan yang masih rugi, namun perusahaan teknologi ini punya prospek kedepan yang sangat menjanjikan dan men-disruptif industri yang sudah ada. Hal ini memberikan potensi turn around, dimana beberapa perusahaan di tahun 2021, contohnya perusahaan yang sudah listing di IDX mengalami corporate action pergantian management yang menyebabkan story dan GCG perusahaan tersebut berubah dan memberikan prospek bisnis juga berubah dan harga sahamnya menjadi naik berkali kali lipat. Sebuah kesempatan yang sangat sayang untuk dilewatkan. Kedepannya tipe saham seperti ini akan menjadi watchlist F.I.R.E Investment Project, namun tentunya dengan calculated risk dari porsi portofolio yang di alokasikan dan potensi return yang diberikan.

F. Program Kerja 2022

  • Dana investasi punya komposisi cash cukup besar yaitu 36%, untuk tahun 2022, akan dilakukan analisa terhadap saham turn around/cyclical yang memberikan return yang memuaskan dalam jangka pendek namun tetap dalam risiko yang bisa diterima.
  • Komposisi dana pensiun masih terkonsentrasi dari 2 emiten, akan dilakukan analisa untuk saham growth stock yang memberikan return yang bisa terus ber-compounding dalam time frame yang panjang.
  • Akan dilakukan montoring dari setiap emiten dalam portofolio F.I.R.E Investment Project dalam periode laporan quarter dan annual, dari parameter realisasi story, PE, EPS dan ROE.

Comments

Follow saya di media sosial

Instagram  Twitter 
Dapatkan update artikel terbaru dari email anda:

Artikel Populer

SSSG Dalam Bisnis Sektor Retail

Tes Mengingat Pada Psikotest

Soal Pengetahuan Umum Untuk Psikotest

5 Tahun Bekerja di HSE Industri Perkeretaapian

Arti "Priced In" Dalam Saham