5 Rasio Keuangan Untuk Analisa Saham Bank

Perusahaan pada sektor perbankan mempunyai karakteristik yang cukup berbeda dibandingkan dengan perusaan umumnya, sehingga terdapat rasio khusus untuk menilai kinjera fundamentalnya, rasio-rasio ini biasanya sudah disediakan pada website perusahaan bagian investor relation, sehingga tidak perlu menghitungnya lagi, kita cukup memahami makna dari rasio-rasio keuangan tersebut. Berikut ini 5 Rasio Keuangan Untuk Analisa Saham Bank :

1. CAR (Capital Adequacy Ratio)

Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kecukupan modal yang berguna untuk menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi bank. Capital Adequacy Ratio menunjukkan sejauh mana bank mengandung resiko (kredit, pernyataan, surat berharga, tagihan) yang ikut dibiayai oleh dana masyarakat.

Semakin tinggi Capital Adequacy Ratio, maka semakin bank kemampuan terkait dalam menanggung resiko dari setiap kredit/aktiva produktif yang beresiko. Jika nilai Capital Adequacy Ratio tinggi, maka bank dapat membiayai kegiatan operasional dan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi profitabilitas. Peningkatan Capital Adequacy Ratio dapat meningkatkan keamanan nasabah yang secara tidak langsung dapat meningkatkan kepercayaan nasabah pada bank tersebut, yang kemudian dapat berdampak positif pada peningkatan profitabilitas bank.

Perhitungan Capital Adequacy Ratio

Capital Adequacy Ratio dapat dihitung dengan persamaan berikut:

CAR = Modal / Aktiva tertimbang menurut resiko * 100%

Mengikuti ketentuan yang ditetapkan pemerintah, Capital Adequacy Ratio perbankan untuk tahun 2002 minimal sebesar 8%, yaitu menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor 3/21/PBI/2001 Pasal 2 Tentang Kewajiban Minimum Bank, yang kemudian diperbarui dalam Penyediaan Modal Minimum Bank Umum dalam pasal 2. 

Ketentuan 8% Capital Adequacy Ratio untuk kewajiban penyediaan modal minimum bank terbagi ke dalam 2, yaitu:

  • 4% modal inti (tier 1), terdiri dari shareholders equity, preferred stock, dan reserves.
  • 4% modal sekunder (tier 2), terdiri dari subordinate debt, loan loss provisions, hybrid securities, dan revaluation reserves.

Ketentuan CAR dari Bank Indonesia

Ketentuan Capital Adequacy Ratio dari Bank Indonesia dapat dilihat pada tabel berikut:

Tingkat

Predikat

8% ke atas

Sehat

6,4% - 7,9%

Kurang sehat

Di bawah 6,4%

Tidak sehat

Posisi Capital Adequacy Ratio suatu bank bergantung pada:

  1. Jenis aktiva dan besarnya resiko yang melekat padanya.
  2. Kualitas aktiva atau tingkat kolektibilitasnya.
  3. Total aktiva pada suatu bank, semakin besar aktiva maka semakin bertambah resikonya.
  4. Kemampuan bank untuk meningkatkan pendapatan dan laba.

2. NIM (Net Interest Margin)

Net Interest Margin (NIM) adalah rasio keungan yang digunakan untuk menganalisis seberapa besar pendapatan bunga bersih dibandingkan dengan aset produktif perusahaan.


3. NPL (Non Performing Loan)

NPL (Non Performing Loan) adalah salah satu indikator kesehatan aset suatu bank yang menunjukan perbandingan total kredit macet dengan total kredit yang diberikan dalam 1 tahun.

Menurut Peraturan Bank Indonesia No. 6 / 10 / PBI / 2004 tanggal April 2004 mengenai Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, menetapkan bahwa rasio kredit bermasalah (NPL) yakni sebesar 5%. Rumus perhitungan untuk NPL adalah sebagai berikut:


4. LDR (Loan to Deposit Ratio)

Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara besarnya seluruh volume kredit yang disalurkan oleh bank dan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber. Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu bank meminjamkan seluruh dananya (loan-up) atau realtif tidak likuid (illiquid). Sebaliknya rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid dengan kelebihan kapasitas dana yang siap untuk dipinjamkan.

Nilai LDR bank yang baik adalah 50%.

5. BOPO (Beban Operasional Terhadapat Pendapatan Operasional)

Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional atau yang disingkat BOPO merupakan rasio profitabilitas bank, yang membandingkan beban operasional dengan pendapatan operasional. BOPO dapat melihat seberapa besar kemampuan perusahaan dalam mengelola beban operasionalnya. Makin bengkak beban operasional, berarti makin buruk pengelolaan perusahaan tersebut.

Comments

Follow saya di media sosial

Instagram  Twitter 
Dapatkan update artikel terbaru dari email anda:

Artikel Populer

SSSG Dalam Bisnis Sektor Retail

Tes Mengingat Pada Psikotest

Soal Pengetahuan Umum Untuk Psikotest

Arti "Priced In" Dalam Saham

5 Tahun Bekerja di HSE Industri Perkeretaapian