Pemilihan Saham Dengan Metode Value Investing
SEJARAH VALUE INVESTING
Metode value investing pertama kali dipekenalkan oleh Benjamin Gramham dan Davide Dodd pada tahun 1934, Ben Graham juga sempat menulis buku tentang value investing yang berjudul The Intelligent Investor terbitan pertama tahun 1964, namun metode value investing ini lebih dipopulerkan oleh Warren Buffet yang mana merupakan murid langsung dari Ben Graham dan dalam perjalanannya ketika melihat keputusan-keputusan inventasi Buffet sudah banyak influence dari beberapa pakar value investor lainnya seperti Phil Fisher dan Charlie Munger, Warren Buffet dengan perusahaannya Bekhire Hathaway berhasil menempatkan dirinya ke jajaran atas orang terkaya di dunia hanya dari investasinya di pasar modal pada bulan Januari 2019 versi Blomberg.
Tentu jika kita ingin menjadi seorang investor sukses di pasar modal, kita harus belajar dari yang sudah terbukti sukses dan teorinya masih relate dengan kondisi sekarang, anda tidak butuh menjadi orang yang jenius untuk mempelajari metode value investing, cukup dengan pemahaman konsep value investing yang jelas serta disiplin dalam penerapannya.
KONSEP VALUE INVESTING
Konsep Value Investing menekankan kepada kinerja suatu perusahaan terhadap harga saham yang ditawarkan, seperti yang quote Warren Buffet "price is what you pay and value is what you get" , price berhubungan dengan perubahan harga saham yang cepat dan value berhubungan dengan kinerja perusahaan yang cenderung lambat, sebagai seorang value investor kita mencari disparitas antara price yang ditawarkan harus lebih kecil untuk value yang lebih besar, dari sinilah nanti akan muncul yang namanya nilai instrinsik, kurang lebih itulah pengertian basic dari value investing.
KRITERIA PEMILIHAN SAHAM VALUE INVESTING
Menurut apa yang saya rangkum dari referensi buku dan sumber lain tentang value investing, kriteria yang dapat kita pakai dalam pemilihan saham dengan menggunakan metode value investing antara lain :
1. Perusahan Dengan GCG (Good Corporate Govarnance)
Tata kelola perusahaan atau GCG yang baik menjadi faktor pemilihan perusahaan yang pertama bagi value investor, karna GCG ini dianggap menjadi masa depan suatu emiten, walaupun menggunakan metode valuasi yang canggih sekalipun apabila emiten tersebut tidak menerapkan GCG, tetap tidak bisa dipakai pegangan.
Sudah terbukti beberapa kasus perusahaan yang tidak menerapkan GCG harga sahamnya turun terus dan bahkan terancam delisting dari Idx, misalnya ada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) yang tengah berurusan dengan pembayaran utang yang tak kunjung usai. Sudah begitu, komisaris dan direksi bersengketa.
hal-hal seperti ini bisa kita cari dengan cara men-googling-nya sendiri apakah suatu emiten pernah tersangkut masalah hukum, bagi saya apabila suatu emiten tidak menerapkan GCG dan pihak manajemennya (komisaris/direksi) yang tersangkut kasus hukum, langsung saya coret dari watchlist.
2. Memilih Perusahaan Dengan "Wide Economic Moat"
Moat bila terjemahkan dalam bahasa indonesia berarti parit, moat atau parit jaman dulu digunakan untuk melindungi suatu benteng dari serangan musuh, hal ini dianalogikan juga sebagai suatu perusahaan yang mempunyai "Wide Economic Moat", perusahaan yang mempunyai wide economic moat secara umum merupakan perusahaan yang mampu bertahan lebih dari 10 tahun dari "serangan" kompetitor, persaingan pasar, perubahan pasar, permasalahan ekonomi makro dan mikro. Adapun indikator yang bisa menjadi ciri-ciri perusahaan yang mempunyai wide economic moat yaitu :
Kondisi fundamental yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan tercermin pada kinerja pertumbuhan ekuitas dan laba perusahaan tersebut. Perusahaan yang secara fundamental baik akan mencatatkan pertumbuhan ekuitas dan laba yang stabil dan terus bertumbuh dari waktu ke waktu, saya sendiri menggunakan historis 10 tahun kebelakang untuk menilai kinerja suatu emiten. Sedangkan untuk perusahaan yang fundamentalnya buruk kerap mengalami penurunan ekuitas dan sulit untuk menghasilkan laba.
Perusahaan yang secara fundamental baik, tentunya akan mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan rata-rata industri. hal tersebut bisa kita lihat dari rasio-rasio keuangan, dari kebanyaan rasio keuangan disini saya menggunakan hanya menggunakan rasio keuangan ROE, ROA, NPM dan DER
4. Beli Dibawah Harga Wajar atau Dengan "Margin Of Safety"
Seperti yang dijelaskan pada konsep price & value, dimana keputusan untuk membeli saham diharga yang tepat, tepat dalam artian price yang kita bayar lebih kecil daripada value yang kita dapat, saat inilah harga sahamnya disebut murah/diskon, rasio yang saya gunakan untuk menentukan nilai intrinsik/harga wajar adalah PER dan PBV. Alasannya? Karena warren buffet menggunakan rasio tersebut juga dan sudah terbukti tepat dalam menentukan nilai intrinsik atau harga wajar.
Sedangkan MoS (margin of safety) adalah margin terhadap nilai instrinsik yang terjadi akibat harga saham turun secara signifikan tapi dengan kinerja fundamental perusahaan yang masih bagus, MoS yang digunakan kisaran 30-50%, tergantung preferensi pengendalian risiko masing-masing investor. Pembelian dengan MoS memberikan investor keamanan karena meminimalisir kesalahan analisa dalam menentukan nilai intrinsik dan mengindari loses yang besar.
5. Hold Dalam Jangka Waktu Yang Lama
Setelah mengetahui point 1-4 pertanyaannya seberapa lama kita harus hold saham yang kita pilih tersebut? Sesuai quote warren buffet "my holding period is forever" kita seharusnya merasa nyaman untuk hold saham yang kita pick selama 10 tahun atau lebih jika analisa point 1-4 terhadap suatu saham sudah benar, dengan holding period yang panjang kita mampu meminimalisir kesalahan keputusan akibat fluktuasi harga pasar dan tentunya memaksimalkan profit.
Metode value investing pertama kali dipekenalkan oleh Benjamin Gramham dan Davide Dodd pada tahun 1934, Ben Graham juga sempat menulis buku tentang value investing yang berjudul The Intelligent Investor terbitan pertama tahun 1964, namun metode value investing ini lebih dipopulerkan oleh Warren Buffet yang mana merupakan murid langsung dari Ben Graham dan dalam perjalanannya ketika melihat keputusan-keputusan inventasi Buffet sudah banyak influence dari beberapa pakar value investor lainnya seperti Phil Fisher dan Charlie Munger, Warren Buffet dengan perusahaannya Bekhire Hathaway berhasil menempatkan dirinya ke jajaran atas orang terkaya di dunia hanya dari investasinya di pasar modal pada bulan Januari 2019 versi Blomberg.
Tentu jika kita ingin menjadi seorang investor sukses di pasar modal, kita harus belajar dari yang sudah terbukti sukses dan teorinya masih relate dengan kondisi sekarang, anda tidak butuh menjadi orang yang jenius untuk mempelajari metode value investing, cukup dengan pemahaman konsep value investing yang jelas serta disiplin dalam penerapannya.
KONSEP VALUE INVESTING
Konsep Value Investing menekankan kepada kinerja suatu perusahaan terhadap harga saham yang ditawarkan, seperti yang quote Warren Buffet "price is what you pay and value is what you get" , price berhubungan dengan perubahan harga saham yang cepat dan value berhubungan dengan kinerja perusahaan yang cenderung lambat, sebagai seorang value investor kita mencari disparitas antara price yang ditawarkan harus lebih kecil untuk value yang lebih besar, dari sinilah nanti akan muncul yang namanya nilai instrinsik, kurang lebih itulah pengertian basic dari value investing.
KRITERIA PEMILIHAN SAHAM VALUE INVESTING
Menurut apa yang saya rangkum dari referensi buku dan sumber lain tentang value investing, kriteria yang dapat kita pakai dalam pemilihan saham dengan menggunakan metode value investing antara lain :
1. Perusahan Dengan GCG (Good Corporate Govarnance)
Tata kelola perusahaan atau GCG yang baik menjadi faktor pemilihan perusahaan yang pertama bagi value investor, karna GCG ini dianggap menjadi masa depan suatu emiten, walaupun menggunakan metode valuasi yang canggih sekalipun apabila emiten tersebut tidak menerapkan GCG, tetap tidak bisa dipakai pegangan.
Sudah terbukti beberapa kasus perusahaan yang tidak menerapkan GCG harga sahamnya turun terus dan bahkan terancam delisting dari Idx, misalnya ada PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) yang tengah berurusan dengan pembayaran utang yang tak kunjung usai. Sudah begitu, komisaris dan direksi bersengketa.
2. Memilih Perusahaan Dengan "Wide Economic Moat"
Moat bila terjemahkan dalam bahasa indonesia berarti parit, moat atau parit jaman dulu digunakan untuk melindungi suatu benteng dari serangan musuh, hal ini dianalogikan juga sebagai suatu perusahaan yang mempunyai "Wide Economic Moat", perusahaan yang mempunyai wide economic moat secara umum merupakan perusahaan yang mampu bertahan lebih dari 10 tahun dari "serangan" kompetitor, persaingan pasar, perubahan pasar, permasalahan ekonomi makro dan mikro. Adapun indikator yang bisa menjadi ciri-ciri perusahaan yang mempunyai wide economic moat yaitu :
- Perusahaan dengan intangible asset/aset tidak berwujud : costumer yang fanatik dan loyal terhadap produknya, sehingga apapun produk yang dijual akan laris manis,perusahaan yang mampu melampui NPM (net profit margin) dan ROE (return of investement) diatas kompetitornya secara konsisten dari tahun ke tahun dan perusahaan yang mampu mengontrol sendiri harga produknya karena mempunyai kualitas produk/jasa yang sangat baik didukung brand kuat yang sudah terkenal dimasyarakat
- Costumer Swithing Cost : Perusahaan yang produk/jasa tidak mudah tergantikan dengan produk/jasa kompetitor lain
- Cost of advantage : Perusahaan dengan skala bisnis yang besar dengan proses operasi terus berjalan dan mampu menghasilkan keuntungan selama beberapa dekade.
- Network Efect : Perusahaan yang mampu membangun komunitas yang besar dalam ekosistem bisnisnya
- Efficient Scale : Perusahaan yang konsisten dengan FCF (free cash flow) positif dan pembagian deviden, FCF ini mewakili kas yang tersisa dari aktivitas operasional bisnis, yang mana kas ini bisa digunakan untuk ekspansi bisnis, pembayaran hutang dan tentu hubungannya dengan pembagian deviden.
Kondisi fundamental yang dimiliki oleh suatu perusahaan akan tercermin pada kinerja pertumbuhan ekuitas dan laba perusahaan tersebut. Perusahaan yang secara fundamental baik akan mencatatkan pertumbuhan ekuitas dan laba yang stabil dan terus bertumbuh dari waktu ke waktu, saya sendiri menggunakan historis 10 tahun kebelakang untuk menilai kinerja suatu emiten. Sedangkan untuk perusahaan yang fundamentalnya buruk kerap mengalami penurunan ekuitas dan sulit untuk menghasilkan laba.
Perusahaan yang secara fundamental baik, tentunya akan mencatatkan kinerja yang lebih baik dibandingkan rata-rata industri. hal tersebut bisa kita lihat dari rasio-rasio keuangan, dari kebanyaan rasio keuangan disini saya menggunakan hanya menggunakan rasio keuangan ROE, ROA, NPM dan DER
4. Beli Dibawah Harga Wajar atau Dengan "Margin Of Safety"
Seperti yang dijelaskan pada konsep price & value, dimana keputusan untuk membeli saham diharga yang tepat, tepat dalam artian price yang kita bayar lebih kecil daripada value yang kita dapat, saat inilah harga sahamnya disebut murah/diskon, rasio yang saya gunakan untuk menentukan nilai intrinsik/harga wajar adalah PER dan PBV. Alasannya? Karena warren buffet menggunakan rasio tersebut juga dan sudah terbukti tepat dalam menentukan nilai intrinsik atau harga wajar.
Sedangkan MoS (margin of safety) adalah margin terhadap nilai instrinsik yang terjadi akibat harga saham turun secara signifikan tapi dengan kinerja fundamental perusahaan yang masih bagus, MoS yang digunakan kisaran 30-50%, tergantung preferensi pengendalian risiko masing-masing investor. Pembelian dengan MoS memberikan investor keamanan karena meminimalisir kesalahan analisa dalam menentukan nilai intrinsik dan mengindari loses yang besar.
5. Hold Dalam Jangka Waktu Yang Lama
Setelah mengetahui point 1-4 pertanyaannya seberapa lama kita harus hold saham yang kita pilih tersebut? Sesuai quote warren buffet "my holding period is forever" kita seharusnya merasa nyaman untuk hold saham yang kita pick selama 10 tahun atau lebih jika analisa point 1-4 terhadap suatu saham sudah benar, dengan holding period yang panjang kita mampu meminimalisir kesalahan keputusan akibat fluktuasi harga pasar dan tentunya memaksimalkan profit.
Sebagai contoh :
Dalam Kurun waktu 19 Tahun itu, IHSG terlihat seperti Garis lurus yang mengalami kenaikan konsisten. Tapi bila time framenya diperkecil menjadi 5 atau bahkan 1 tahun, pergerakannya terlihat sangat berfluktuasi. Terlihat penurunan yang terjadi pada awal tahun 2018, IHSG mengalami penurunan dari 6.660 menjadi 5800. Begitu juga pada kuartal I tahun 2015 IHSG mengalami koreksi dari 5.514 menjadi 4.207. Mundur 2 tahun lagi, di tahun 2013 tepatnya pada bulan april. Ketika itu IHSG terkoreksi dari 4937 menjadi 4.432. Bahkan pada tahun 2008 IHSG sempat mengalami penurunan dari harga 2.830 menjadi 1.146 (turun 59%). Dan masih banyak lagi koreksi yang bisa diamati terlebih bila time framenya diperkecil.
Semakin lama holding period, atau Time frame investasi kita, maka semakin kecil juga Risiko yang kita hadapi. Tentu pernyataan ini didukung dengan sebuah penelitian yang dilakukan Roger G. Ibotson dan Duff & Phelps . Data ini menunjukkan persentase kerugian yang terjadi berdasarkan holding period (time frame). Data yang digunakan adalah index S&P 500 dan small cap dari tahun 1926 hingga 2016.
Time Frame/Holding Period Risiko :
Demikian 4 basic pemilihan saham yang menggunakan metode value investing, apa yang sampaikan diatas sengaja saya sesuaikan dengan "style" apa yang menurut saya terbukti efektif menghasilkan return konsisten, tentunya tanpa menggubah kaidah-kaidah dari value investing itu sendiri, untuk lebih detail membahas mengenai penerapan rasio-rasio keuangan seperti NPM,ROE,ROA, DER, PBV dan PER akan buat di artikel terpisah. Kalau ada yang ingin diskusi dengan senang hati saya akan menjawabnya di kolom komentar 😃
Artikel Terkait :
Comments
Post a Comment
Komentar anda akan masuk langsung ke email pribadi saya